Paduan senyawa aktif kunyit dan
sambiloto itu hasil riset Sukardiman (47), profesor termuda di bidang
botanifarmasi-farmakognosi dari Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga,
Surabaya, Jawa Timur. Risetnya dimulai sejak tahun 1999.
Saat
ini racikan yang diberi nama kapsul androma itu sudah menjadi obat
herbal terstandar (OHT). Sukardiman meningkatkannya lagi supaya menjadi
fitofarmaka, yang nantinya bisa diresepkan dokter.
”Inspirasi
perpaduan kunyit dan sambiloto ini dari masyarakat yang sudah sejak lama
mengenal teknik kombinasi ekstrak herbal untuk jamu-jamuan,” kata
Sukardiman, Selasa (25/1), ketika ditemui di ruang kerjanya.
Ia
menyebut, ada perpaduan atau kombinasi jamu dari ekstraksi beras dan
kencur menjadi ”jamu beras kencur”. Kemudian dari kunyit dan asem
membentuk ”jamu kunyit asem”.
”Formulasi antikanker dengan senyawa aktif kunyit dan sambiloto ini selaras dengan formula jamu tradisional,” kata Sukardiman.
Perpaduan dua ekstrak herbal atau lebih itu memiliki fungsi. Antara
lain supaya komponen- komponennya saling mendukung atau saling
mengurangi efek samping.
Sukardiman juga mengacu traditional chinese medicine
(TCM) yang dikenal paling maju di dunia dalam mengembangkan obat
herbal. Formula obat herbal TCM juga tersusun dari kombinasi bahan aktif
utama (monarch drug), bahan aktif pendukung (ministry drug), dan bahan
aktif yang mengurangi efek samping (adjuvant drug).
Adjuvant drug mengurangi efek samping yang mungkin ditimbulkan monarch drug atau ministry drug atau ditimbulkan oleh kedua-duanya.
Jamu, OHT, fitofarmaka
Sukardiman menjelaskan, pengembangan obat herbal mencakup tiga kategori, yaitu jamu, OHT, dan fitofarmaka.
Jamu sebagai obat tradisional didasarkan pengalaman empirik masyarakat
dalam kurun waktu lama. OHT beranjak dari sekadar racikan herbal, yaitu
dengan menetapkan standardisasi komponen-komponen herbal terutama
melalui uji praklinik (uji dengan hewan coba seperti kelinci, tikus, dan
mencit).
Kemudian fitofarmaka adalah OHT yang telah diuji klinik
pada manusia. Sukardiman sekarang menempuh uji klinik untuk formula
campuran senyawa aktif pada kunyit dan sambiloto ini bekerja sama dengan
Poli Obat Tradisional Indonesia Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soetomo,
Surabaya.
Selama ini, rimpang kunyit diketahui menjadi zat
antiradang, antiseptik, dan pencegah kanker. Kunyit diketahui pula
berkhasiat untuk menghilangkan sakit mag, keputihan, atau peluruh darah
haid agar cepat selesai, serta meredakan rasa nyeri saat haid.
Kemudian daun sambiloto dengan rasa pahit dikenal masyarakat untuk
mengobati penyakit kencing manis (diabetes melitus), tifus, penyakit
kulit gatal-gatal, antimalaria, dan mencegah kanker. Sambiloto juga
bermanfaat menjaga daya tahan atau stamina tubuh.
Dipatenkan
Meskipun riset kapsul androma dari hasil perpaduan senyawa aktif kunyit
dan sambiloto ini dikerjakan Sukardiman sejak tahun 1999, hingga
sekarang masih saja belum dipatenkan.
”Saya masih mencoba mengisi formulir pendaftaran paten. Tetapi tidak semudah seperti yang saya bayangkan,” kata Sukardiman.
Ia berharap, melalui kerja sama dengan unit tertentu di Universitas
Airlangga akan terbantu untuk mengurus paten. Sembari ia menanti hasil
uji klinik yang ditargetkan mencapai 36 pasien penderita kanker payudara
stadium dua. ”Saat ini tercapai 11 pasien untuk uji klinik,” kata
Sukardiman.
Pada uji praklinik sebelumnya, kapsul androma
terbukti aman dan memberi manfaat membunuh sel kanker yang ditanamkan
pada hewan coba. Untuk analisis hasil uji klinik sementara pada 11
pasien dijadwalkan pada Februari 2011.
Kontribusi Sukardiman
telah menunjang inovasi di bidang teknologi obat herbal. Pilihan untuk
antikanker didasari banyak hal. Di antaranya, menurut Sukardiman,
pengobatan kanker dengan kemoterapi masih memengaruhi jaringan yang
normal bisa ikut rusak. Bahkan, beberapa jenis kanker telah resisten
terhadap kemoterapi.
informasinya sangat bermanfaat ..yg alami tetap lebih baik tetapi perlu ketekunan yg lebih
ReplyDelete